Jepang Setujui Paket Stimulus Raksasa Senilai 17 Triliun Yen

Berita Crypto , Monday, 17 November 2025
Posted by Rima Dwi Astuti

Jepang: Stimulus Besar Ditopang Yen, Tapi Kekurangan Tenaga Kerja Menghambat Ekonomi Digital

Terbebani utang besar dan tekanan ekonomi global, pemerintahan Sanae Takaichi mengambil langkah agresif untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang. Pemerintah menyiapkan stimulus lebih dari 110 miliar dolar, didukung anggaran tambahan 14 triliun yen. Tujuannya: menahan lonjakan harga sekaligus menjaga stabilitas ekonomi yang mulai melemah.

Namun masalah sebenarnya lebih dalam: Jepang mengalami krisis tenaga kerja.
Pada 2024, 309 perusahaan bangkrut karena kekurangan staf. Kerugiannya mencapai 16 triliun yen per tahun atau sekitar 2,6% GDP yang hilang. Hotel, restoran, hingga fasilitas lansia semuanya kesulitan beroperasi.

Makoto Ono, pengelola hotel di Nikko, kehilangan 40% karyawan sejak pandemi. Akibatnya, setengah kamar hotel tidak bisa disewakan meski musim turis sedang tinggi. Tanpa tenaga kerja, bahkan stimulus ekonomi dalam jumlah besar pun tidak bisa menggerakkan roda ekonomi — termasuk transformasi digital dan rencana pengembangan teknologi baru.

AI di Negeri Robot: Solusi Teknologi atau Sekadar Ilusi Digital?

Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, pemerintah Jepang kini bertumpu pada teknologi dan kecerdasan buatan (AI). Salah satu pilar utama stimulus adalah rencana investasi 10 triliun yen hingga 2030 untuk sektor AI dan semikonduktor — fondasi penting bagi ekonomi digital, blockchain, dan infrastruktur crypto masa depan.

Tujuannya: meningkatkan produktivitas sebagai kompensasi atas minimnya tenaga kerja.

Tetapi kondisi di lapangan jauh dari ideal.
Di sektor hotel misalnya, perusahaan hanya menginvestasikan 20.000 yen per karyawan untuk software — 20 kali lebih rendah dari rata-rata nasional. Ironis bagi negara yang dikenal sebagai “negara robot”, namun justru lambat mengotomatisasi sektor-sektor yang paling butuh digitalisasi.

Bahkan beberapa perusahaan lebih memilih menghentikan layanan sementara daripada menambah staf. Seperti Co-op Deli di Saitama yang menghentikan layanan pengiriman selama lima hari karena kekurangan kurir saat gelombang panas. Menyewa pekerja tambahan lebih mahal dibanding menghentikan operasi.

Rencana transformasi teknologi ini sebenarnya bisa membuka jalan bagi adopsi AI, digitalisasi, hingga integrasi teknologi seperti blockchain dan pembayaran berbasis crypto. Tetapi tanpa modernisasi UMKM dan strategi pelatihan, teknologi ini hanya akan menjadi etalase — bukan solusi nyata.

Ekonomi Jepang Terjebak: Pertumbuhan Lemah, Utang Tinggi, dan Kepercayaan Rendah

Di balik angka stimulus yang besar, ekonomi Jepang menghadapi masalah kepercayaan bisnis.
Perusahaan besar sejak 2019 gagal menjalankan 10% dari rencana investasi mereka. Pada 2024 saja, 1,9 triliun yen dana investasi tidak jadi digunakan karena dianggap terlalu berisiko.

Perusahaan raksasa seperti TOC pun ikut menunda proyek. Contohnya, rencana merobohkan gedung 13 lantai di Tokyo untuk dibangun menara baru yang lebih menguntungkan—resmi ditunda hingga 2036. Kenaikan biaya tenaga kerja dan ketidakpastian ekonomi menjadi penyebab utama.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa Jepang sedang berada di “jebakan” ekonomi: pertumbuhan melambat, tenaga kerja kurang, investasi lambat — dan adopsi teknologi digital seperti AI, blockchain, maupun crypto pun ikut terhambat.

Didukung oleh
DepoCrypto.com © 2023