Mengapa Penjualan 35% Ethereum oleh Whale Justru Bisa Menjadi Sinyal Bullish
Ethereum Sedang Berubah: Dari Panik Jual ke Akumulasi Cerdas
Ethereum sedang mengalami salah satu perubahan terbesar sejak Agustus. Sejak 6 Oktober, harga ETH turun lebih dari 35%. Penurunan tajam ini membuat banyak trader panik dan mengalami likuidasi besar-besaran.
Namun, ini bukan sekadar kejatuhan harga — melainkan perpindahan kepemilikan ETH dari trader jangka pendek ke pemegang kuat jangka panjang, termasuk institusi besar.
Investor Lama Ambil Untung, Trader Leverage Terbakar
Untuk pertama kalinya sejak 2021, investor lama Ethereum — yang sudah menyimpan ETH selama 3–10 tahun — mulai menjual dalam jumlah besar. Menurut Glassnode, mereka menjual lebih dari 45.000 ETH per hari (rata-rata 90 hari). Mereka tidak panik, hanya sedang ambil untung setelah menyimpan bertahun-tahun.
Contohnya, seorang investor ICO Ethereum tahun 2014 baru saja memindahkan 200 ETH (sekitar Rp10 miliar) setelah hampir 10 tahun tidak aktif. Saat ICO, ia hanya menginvestasikan $310 (sekitar Rp5 juta) untuk membeli 1.000 ETH — yang sekarang nilainya lebih dari Rp50 miliar, atau untung lebih dari 10.000 kali lipat.
Di sisi lain, banyak trader leverage mengalami kerugian besar. Trader terkenal Machi kembali terkena likuidasi hingga mengalami total kerugian lebih dari $18,9 juta. Namun ia tetap membuka posisi long baru dengan risiko tinggi.
Kasus terbesar adalah “whale pinjaman 66.000 ETH” yang hampir terkena likuidasi di Aave V3. Untuk menyelamatkan posisinya, ia menarik 199.720 ETH (sekitar $632 juta) dan mengirim 44.000 ETH ke Binance untuk melunasi pinjaman. Kerugiannya ditaksir lebih dari $70 juta, salah satu yang terbesar dalam siklus ini.
Institusi Diam-Diam Mengumpulkan ETH
Saat trader ritel panik menjual, institusi justru tenang dan membeli ETH dalam jumlah besar untuk jangka panjang.
Contohnya:
- BitMine, perusahaan treasury aset digital, kini memegang 3,5 juta ETH, atau 2,9% dari total suplai ETH. Target mereka adalah menguasai 5% suplai ETH global. Mereka tidak trading, tapi menumpuk dan staking ETH untuk keuntungan jangka panjang.
- SharpLink kini memiliki 859.400 ETH (sekitar Rp43 triliun) dan telah menghasilkan 7.067 ETH dari staking sejak pertengahan 2025.
Jika digabung, BitMine dan SharpLink sudah menguasai lebih dari 4,35 juta ETH. Sebagian besar ETH ini tidak lagi beredar di pasar karena terkunci dalam staking — mempersempit suplai yang tersedia.
Sementara itu, ETF Ethereum justru mencatat arus keluar terbesar dalam sejarah, lebih dari $1,2 miliar keluar bulan ini. Artinya, investor ETF dan ritel menjual karena takut, bukan karena strategi.
Kenapa Pasar Terlihat Panik? Ini Penyebabnya
Saat ini:
- Investor ETF dan ritel menjual karena takut
- Trader leverage terkena likuidasi
- Pemegang lama ambil keuntungan
- Institusi besar diam-diam beli dan staking ETH
Inilah alasan kenapa pasar terasa kacau — padahal sebenarnya ETH sedang berpindah dari tangan lemah (weak hands) ke tangan kuat (strong hands).
Menuju “Supercycle” Ethereum?
Tom Lee dari BitMine percaya Ethereum sedang memasuki fase Supercycle, mirip dengan Bitcoin di awal pertumbuhannya. Penurunan harga besar dianggap sebagai bagian dari perjalanan menuju adopsi global.
Institusi melihat Ethereum bukan hanya sebagai aset trading, tetapi sebagai infrastruktur keuangan global.
Kenapa? Karena hampir semua aktivitas crypto besar bergantung pada Ethereum:
- Stablecoin (USDT, USDC)
- Layer 2 (Arbitrum, Optimism)
- RWA (tokenisasi aset dunia nyata)
- DeFi & derivatif
- Custody institusional
Semua ini menciptakan permintaan nyata dan berkelanjutan untuk ETH, bukan hanya spekulasi.